Tuesday, May 17, 2011


CERITA PELIPUR LARA DI SAAT  SUKA DAN DUKA


Kehidupan di dunia selalu menampilkan dua wajah yang timbal-balik; ada suka-duka, baik-jahat, terang-gelap, baik-buruk, dan lain sebagainya.

Tidak seperti kehidupan di surga sana, yang konon menurut doktrin agama, hanya berwajah tunggal dan linear. Karenanya, setiap manusia yang beragama dipastikan mengidamkan surga. Surga yang dijanjikan Tuhan adalah kehidupan kelak, kehidupan “kedua” setelah di dunia.

Itulah problemnya. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang gigih untuk meraih kenikmatan surga. Dalam pengertian ini, kenikmatan surga sebenarnya juga bisa diperoleh dan dirasakan sewaktu masih hidup di dunia.

Dunia yang kita tempati saat ini penuh dengan jebakan-jebakan yang bisa jadi akan membawa seseorang pada suasana hati penuh suka di satu sisi, dan suasana duka di sisi lain.

Tetapi yang perlu disadari, tidak ada yang salah pada suka maupun duka itu. Suka-duka hidup di dunia merupakan bumbu tak terpisahkan sebagai umat manusia. Hanya saja, banyak orang yang tidak paham dan sering kali menyesali atas keadaan ini, terutama bila mereka berada di ambang duka. Pada situasi ini, sungguh ironis bila kita menyaksikan di antara mereka hingga berputus asa.

Karena itu, bagaimanakah kita bisa menyikapi dan menyiasati situasi hidup agar tidak larut dalam keterpurukan? Buku Peaks and Valleys menjadi obat mujarab untuk membantu seseorang dalam memberikan semacam “terapi” dan motivasi agar tetap terus bangkit, walau kesusahan atau keterpurukan menimpa mereka.

Spencer Johnson mendedahkan beragam kisah-kisah yang dapat membangkitkan gairah hidup, baik pada suasana hati seorang yang suka maupun duka. Membaca buku ini, seolah menjadi pelipur lara bagi setiap pembacanya.

Misalnya, pada salah satu bagian, Spencer menulis tentang raut wajah seorang perempuan yang terlihat ceria meskipun ia sebenarnya dalam suasana duka. Dikisahkan, seorang bernama Michael berkata kepada Ann, “Anda tampaknya baik-baik saja meskipun saya tahu Anda sedang ditimpa kesusahan”.

Jawab Ann, “saya memang baik-baik saja, baik dalam karier maupun dalam kehidupan saya. Tetapi bukan berarti mengabaikan masa susah. Saya merasa baik-baik saja justru karena kesusahan itu—dan karena cara-cara saya belajar untuk memanfaatkannya.” Michael tidak mengerti. “Bagaimana bisa begitu?” tanyanya (hlm. 2).

Dalam banyak tulisannya, dan termasuk pada konteks cerita itu, Spencer tampak menyisakan sejumlah teka-teki bagi pembacanya agar mencari jawaban dari setiap kisah atau cerita yang ia gubah. Dan untuk dapat mengetahui jawabannya, pembaca dituntut agar membaca hingga tuntas dalam keseluruhan untaian cerita di dalam buku ini.

No comments:

Post a Comment