Tuesday, May 17, 2011

Kebudayaan Indonesia Timur


Kebudayaan Indonesia Timur

  

Kalimantan Timur adalah wilayah yang berstatus provinsi di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan.
Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia, dengan luas wilayah 245.237,80 km2 atau sekitar satu setengah kali Pulau Jawa dan Madura atau 11% dari total luas wilayah Indonesia. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.
Sejarah
Sebelum masuknya suku-suku dari Sarawak dan suku-suku pendatang dari luar pulau, wilayah ini sangat jarang penduduknya. Sebelum kedatangan Belanda terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Bulungan.
Wilayah Kalimantan Timur meliputi Pasir, Kutai, Berau dan juga Karasikan diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (Amuntai) hingga masa Kesultanan Banjar. Sebelum adanya perjanjian Bungaya, Sultan Makassar pernah meminjam tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang[6], mangkubumi dan penasehat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654[7][8] yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)[6] sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Sejak 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur mejadi milik perusahaan VOC Belanda dan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa menjadi daerah protektorat VOC Belanda.
Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia-Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. [9] Pada tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall. [10] Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda.[11]
Provinsi Kalimantan Timur selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan gubernurnya yang pertama adalah APT Pranoto.
Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat




Pembentukan Kota dan Kabupaten Baru
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/29/Gedung-dprdkaltim.jpg/200px-Gedung-dprdkaltim.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Gedung DPRD Kaltim
Berdarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1981, maka dibentuk Kota Administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam Perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, maka dibentuk 2 Kota dan 4 kabupaten, yaitu:
  1. Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar
  2. Kabupaten Kutai Timur, beribukota di Sangatta
  3. Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau
  4. Kabupaten Nunukan, beribukota di Nunukan
  5. Kota Bontang (peningkatan kota administratif Bontang menjadi kotamadya)
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No. 49 Tahun 2007.


Bahasa Daerah

Bahasa-bahasa daerah di Kalimantan Timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia, diantaranya adalah Bahasa Tidung,Bahasa Banjar, Bahasa Berau dan Bahasa Kutai. Bahasa lainnya adalah Bahasa Lundayeh.

Pariwisata, Seni dan Budaya


  • Burung Enggang (bahasa Kutai)
  • Meharit (Bahasa Kutai)
  • Sabar'ai-sabar'ai (Bahasa Banjar)
  • Anjat Manik (Bahasa Berau Benua)
  • Bebilin (Bahasa Tidung)
  • Andang Sigurandang (Bahasa Tidung)
  • Bedone (Bahasa Dayak Benuaq)
  • Ayen Sae (Bahasa Dayak)
  • Sorangan (Bahasa Banjar)
  • Lamin Talunsur (Bahasa Kutai)
  • Buah Bolok (Bahasa Kutai)
  • Aku Menyanyi (Bahasa Kutai)
  • Sungai Kandilo (Bahasa Pasir)
  • Rambai Manguning (Bahasa Banjar)
  • Ading Manis (Bahasa Banjar)
  • Indung-Indung (Bahasa Melayu Berau)
  • Basar Niat (Bahasa Melayu Berau)
  • Berampukan (Bahasa Kutai)
  • Undur Hudang (Bahasa Kutai)
  • Kada Guna Marista (Bahasa Banjar)
  • Tajong Samarinda (Bahasa Kutai)
  • Citra Niaga (Bahasa Kutai)
  • Taman Anggrek Kersik Luwai
  • Ne Poq Batangph
  • Banuangku
  • Kekayaan Alam Etam (Bahasa Kutai)
  • Mambari Maras (Bahasa Banjar)
  • Kambang Goyang (Bahasa Banjar)
  • Apandang Jakku
  • Keledung
  • Ketuyak
  • Jalung
  • Antu
  • Mena Wang Langit
  • Tung Tit
  • To Kejaa
  • Ting Ting Nging
  • Endut-Endut
  • Enjung-Enjung
  • Julun Lajun
  • Sungai Mahakam
  • Samarinda Kota Tepian (Bahasa Kutai)
  • Jagung Tepian
  • Kandania
  • Sarang Kupu
  • Adui Indung
  • Nasi Bekepor (Bahasa Kutai)
  • Nasib Awak
  • Tenau
  • Luwai
  • Balarut di Sungai Mahakam (Bahasa Banjar)
  • Leleng (Bahasa Kenyah)
  • Merutuh(Bahasa Tonyooi-Benuaq)
  • Bedeguuq (Dayak Benuaq)
  • Berijooq (Dayak Benuaq)
  • Ninga (Dayak Benuaq)
  • Enluei (Dayak Wehea)
  • Perentangin (Dayak Benuaq)
  • Ngelengot (Dayak Benuaq)
  • Ngakey (Dayak Benuaq)
  • Ngeloak (Dayak Benuaq)


Agama

Masyarakat di Kalimantan Timur menganut berbagai agama yang diakui di Indonesia, yaitu:

Seni dan Budaya

Musik

Tarian

  • Tarian Bedewa dari suku Tidung (Kabupaten Nunukan)
  • Tarian Iluk Bebalon dari suku Tidung (Kota Tarakan)
  • Tarian Besyitan dari suku Tidung (Kabupaten Malinau)
  • Tarian Kedandiu dari suku Tidung (Kabupaten Bulungan)
  • Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah
  • Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah
  • Tarian Hudoq dari Suku Dayak Wehea
  • Tarian Kejien dari Suku Dayak Wehea
  • Belian
  • Tarian Jepin Ujang Bentawol Suku Tidung (Kota Tarakan)

Penyembuhan Penyakit

Tolak Bala/Hajatan/Selamatan

Perkawinan



Senjata Tradisional

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/4/48/Mandau-senjata.jpg/125px-Mandau-senjata.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png

Upacara Adat Kematian







Kebudayaan Kalimantan Barat

 

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak.
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
Menurut kakawin Nagarakretagama (1365), Kalimantan Barat menjadi taklukan Majapahit[3], bahkan sejak zaman Singhasari yang menamakannya Bakulapura.[4] Menurut Hikayat Banjar (1663), negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar sejak zaman Hindu.[5] Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[6]) Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi). Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.[7] Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah. Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah pantainya dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan [8]Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[9] Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Suku Bangsa

Menurut sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%).[11] Sukubangsa yang dominan besar yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Banjar, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.
Daftar suku-suku di Kalimantan Barat selengkapnya adalah:
  • Suku Dayak terdiri dari:

  1. Rumpun Kanayatn,
  2. Rumpun Ibanic,
  3. Rumpun Bidoih (Kidoh-Madeh),
  4. Rumpun Banuaka",
  5. Rumpun Kayaanic,
  6. Rumpun Uut Danum,
  • Kelompok Dayak yang mandiri atau tak mempunyai rumpun suku, terdiri atas:
  1. Suku Iban (Ibanic)
  2. Suku Bidayuh (Bidoih)
  3. Suku Seberuang (Ibanic)
  4. Suku Mualang (Ibanic)
  5. Suku Kanayatn
  6. Suku Mali
  7. Suku Benawas
  8. Suku Sekujam
  9. Suku Sekubang
  10. Suku Kantuk (Ibanic)
  11. Suku Ketungau (Ibanic) ( Ketungau Asli daerah kapuas hulu, Ketungau sesat daerah kabupaten sekadau, Ketungau Banyor daerah Belitang.
  12. Suku Desa (Ibanic)
  13. Suku Hovongan (Kayanic)
  14. Suku Uheng Kereho (Kayanic)
  15. Suku Babak
  16. Suku Badat
  17. Suku Barai
  18. Suku Bugau (Ibanic)
  19. Suku Bukat (Kayanic)
  20. Suku Galik (Bidoih)
  21. Suku Gun (Bidoih)
  22. Suku Jangkang (Bidoih)
  23. Suku Kalis (Banuaka")
  24. Suku Kayan
  25. Suku Kayaan Mendalam (Kayaanic)
  26. Suku Kede (Ibanic)]]
  27. Suku Kerambai
  28. Suku Klemantan
  29. Suku Pos
  30. Suku Punti/Pontetn
  31. Suku Randuk
  32. Suku Ribun (Bidoih)
  33. Suku Cempedek
  34. Suku Dalam
  35. Suku Darok
  36. Suku Kopak
  37. Suku Koyon
  38. Suku Lara (Kanaykatn)
  39. Suku Senunang
  40. Suku Sisakng
  41. Suku Sintang
  42. Suku Suhaid (Ibanic)
  43. Suku Sungkung (Bidayuh)
  44. Suku Limbai
  45. Suku Mayau
  46. Suku Mentebak
  47. Suku Menyangka
  48. suku Menyuke
  49. Suku Sanggau
  50. Suku Sani
  51. Suku Sekajang
  52. Suku Selayang
  53. Suku Selimpat
  54. Suku Dusun
  55. Suku Embaloh (Banuaka")
  56. Suku Empayeh
  57. Suku Engkarong
  58. Suku Ensanang
  59. Suku Menyanya
  60. Suku Merau
  61. Suku Muara
  62. Suku Muduh
  63. Suku Muluk
  64. Suku Ngabang
  65. Suku Ngalampan
  66. Suku Ngamukit
  67. Suku Nganayat
  68. Suku Panu
  69. Suku Pengkedang
  70. Suku Pompakng
  71. Suku Senangkan
  72. Suku Suruh
  73. Suku Tabuas
  74. Suku Taman
  75. Suku Tingui
  76. Rumpun Uut Danum di Kalimantan Barat: Dohoi, Cohie, Pangin, Limbai, Sebaung
  1. Suku Banjar
  2. Suku Pesaguan
  3. Suku Bugis
  4. Suku Sunda
  5. Suku Jawa
  6. Suku Madura
  7. Suku Minang
  8. Suku Batak
  • Tionghoa
  1. Hakka
  2. Tiochiu


Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di masksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahas Melayu Malaysia dan Melayu Riau.

Agama

Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam (35%), Katolik (28%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%).

Pertanian & Perkebunan

Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat diantaranya adalah padi, jagung, kedelai dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan diantaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2010 sudah mencapai 592,000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian dibangun di hutan yang dikonversi menjadi lahan perkebunan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara. Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) jaman Hindia Belanda

Tarian Tradisional

Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau yang di masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur di masa lalu yang berkaitan erat dengan penerimaan/penyambutan tamu/pahlawan.
Tari Jonggan merupkan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya, Mempawah, Landak yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten sanggau kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu kalimantan Barat, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek.
Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
Rabab/Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Dayak Uut Danum. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.

Senjata Tradisional

  • Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.[rujukan?]
  • Keris
  • Tumbak
  • Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
  • Senapang Lantak
  • Duhung (Uut Danum)
  • Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
  • Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)

Sastra lisan

Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
  • Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
  • Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
  • Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (jaman kedua), Tahtum (jaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada jaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan jaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada jaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.

Tenun

Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, diantaranya:
  • Tenun Daerah Sambas
  • Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau
  • Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang
  • Tenun Kapuas Hulu

Kerajinan Tangan

Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
  • Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu.
  • Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
  • Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
  • Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.

Kue Tradisional

Kue-kue tradisional banyak dijumpai di tempat ini, misalnya:
  • Lemang, terbuat dari pulut di masukan ke dalam bambu, merupakan makanan tradisional masyarakat masa lampau yang kini masih dilestarikan.
  • Lemper, terbuat dari pulut yang di isi daging/kacang terdapat didaerah Purun merupakan makanan tradisional
  • Lepat, terbuat dari tepung yang di dalamnya di masukan pisang.
  • Jimut, kue tradisional pada masyarakat Dayak Mualang daerah Belitang Kabupaten Sekadau yang terbuat dari tepung yang dibentuk bulatan sebesar bola pimpong.
  • Lulun, sejenis lepat, yamg isimya gula merah, terdapat di daerah Belitang kab sekadau
  • Lempok, terdapat di pontianak dibuat dari Durian (hampir semua suku Dayak dan Melayu mempunyai kebiasaan membuat Lempok)
  • Tumpi', terdapat pada masyarakat Dayak kanayatn, yang terbuat dari bahan tepung.
  • Tehpung, kue tradisional pada dayak Uut Danum, terbuat dari beras pulut yang ditumbuk halus dan digoreng. Kue ini biasanya di buat pada acara adat, bentuknya ada yang seperti perahu, gong dan lain-lain.

Masakan dan makanan Tradisional

Kuliner yang bisa kita dapatkan dari daerah ini adalah:
  • Masakan Asam Pedas di daerah Pontianak
  • Masakan Bubur Pedas di daerah Sambas
  • Kerupok basah, merupakan makanan khas Kapuas Hulu
  • Ale-ale, merupakan makanan khas Ketapang
  • Pansoh, yaitu masakan daging di dalam bambu pada masyarakat Dayak.
  • Mie Tiau, merupakan masakan khas Tionghoa Pontianak yang terdapat di kota Pontianak
  • Nasi Ayam dan Mie Pangsit, merupakan masakan khas penduduk Tionghoa Singkawang dan sekitarnya

No comments:

Post a Comment