Sunday, May 1, 2011

Gempa Mentawai


Gempa Mentawai Sudah Diramalkan

Posted on by Jona
 i
Quantcast
Sekali lagi bahwa meramal gempa yang ditargetkan oleh para ahli semestinya memenuhi beberapa tiga kriteria utama yaitu : Waktu, lokasi dan magnitude.
Ketiga aspek gempa yang ingin diketahui pada shorterm prediction itu adalah sebagai berikut :
  • Dimana tempatnya. Mencakup area yang cukup sempit.
    Efek bencana sangat merusak sekitar radius 10-20 Km ( di Jogja, Padang). Ramalan yang diinginkan untuk resque (penyelamatan) tentusaja yang memiliki akurasi seperti ini.
  • Seberapa besar kekuatannya. Dalam skala gempa tertentu.
    Saat ini yang diketahui besarnya “potensi” yang tersimpan dalam satu segmen. Berapa yang “bakalan” dilepaskan masih belum (susah) diketahui. Bisa sekali besar, bisa kecil-kecil banyak, atau bahkan slow quake (silent quake) !
  • Kapan terjadinya. Dalam rentang waktu yang memadai.
    Periode waktu yang diinginkan tentusaja short term (jangka pendek).

Ahli nujum atau tebak-tebakan buah manggis ?

Dalam beberapa hari mendatang atau bahkan mungkin sudah mendapatkan artikel atau sms bahwa gempa Mentawai sudah diramalkan 9 bulan lalu. Namun kita perlu melihat ulang benarkah itu diramalkan ?
Yang benar adalah gempa dan tsunami Padang sudah dimodelkan seberapa tsunami yang mungkin dihasilkan seperti yang ditulis disini dahulu : Simulasi komputer : gempa dan tsunami di Padang
Simulasi itu memang dibuat tahun 2008 oleh John McCloskey, Andrea Antonioli, Alessio Piatanesi, Kerry Sieh, Sandy Steacy, Suleyman Nalbant, Massimo Cocco, Carlo Giunchi, JianDong Huang, Paul Dunlop. (2008) “Tsunami threat in the Indian Ocean from a future megathrust earthquake west of Sumatra”, Earth and Planetary Science Letters 265 (2008) 61–81.
Juga saya yakin apa yang disebutkan Danny H. Natawidjaja, seorang peneliti senior di Research Center for Geotechnology dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, adalah pendekatan ilmiah saintifiknya. Beliau pernah menyatakan dalam SciDev.Net akhir tahun lalu (12/12/2008) , kemungkinan terjadinya gempa besar di Sumatera Barat dalam 30 tahun mendatang adalah lebih dari 70 persen. “Kami menyebutnya prediksi ilmiah sebuah sistem peringatan geologis,” Demikian kata Danny Hilman.
Sama halnya dengan gempa di California yang telah “ditunggu” dan diramalkan akan terjadi digambarkan seperti dibawah ini.
peluang gempa
California berpotensi terjadi gempa mulai tahun 2003-2032, dengan kekuatan 6.7 atau lebih dengan peluang terjadinya sebesar 62%.
Gempa california diprediski terjadi pada tahun 2003, namun hingga kini juga belum muncul. Sehingga secara saintifik dinyatakan kemungkinan terjadinya semakin lama semakin besar, sampai gempa itu benar-benar terjadi.
Jadi kalau menyatakan bahwa sembilan bulan lagi ada gempa itu bukan ramalan tetapi sebuah kepastian
Kalau ingin memiliki ramalan sendiri silahkan baca dibawah ini beberapa tulisan sebelumnya, yang memberikan gambaran cara meramal gempa, ada disini :
Gempa Besar di Mentawai Masih Mengancam
Editor: Tri Wahono
Rabu, 27 Oktober 2010 | 09:59 WIB

Ilustrasi Kompas/Gunawan Pusat gempa di Mentawai, Senin (25/10/2010) malam. Sumber Litbang Kompas, diolah dari BMKG dan Lapan.
TERKAIT:
Oleh Yuni Ikawati
Gempa kemarin bisa merupakan prekursor ke gempa lebih besar. Kelihatannya tinggal selangkah lagi ke klimaksnya. Mudah-mudahan masih hitungan tahun, bukan hari, minggu, atau bulan.
-- Danny Hilman, pakar geologi LIPI

KOMPAS.com
            Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter atau 7,7 Magnitude yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10/2010) pukul 21.42.20 WIB lokasinya lebih ke utara dari pusat gempa 6,6 Mw pada September 2007. Pusat gempa ini lebih dekat ke major lock patch Mentawai yang berpotensi menimbulkan gempa besar 8,8 Mw.
Menurut laporan Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada pada 3,61 Lintang Selatan-99,93 Bujur Timur. Kedalamannya 10 kilometer atau termasuk gempa dangkal. Lokasi episentrum itu berjarak 78 kilometer barat daya Pulau Pagai Selatan di Kepulauan Mentawai.
"Gempa kemarin bisa merupakan prekursor ke gempa lebih besar. Kelihatannya tinggal selangkah lagi ke klimaksnya. Mudah-mudahan masih hitungan tahun, bukan hari, minggu, atau bulan. Yang jelas, desakan pada 'Si Raksasa gempa Mentawai yang sudah matang itu' sudah semakin tinggi," kata Danny Hilman, pakar geologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pusat gempa besar yang dimaksud Danny berada di bawah Siberut-Sipora-Pagai Utara. Analisis ini berdasarkan penelitiannya terhadap fenomena kegempaan tektonik di Sumatera sejak 1990-an.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Fauzi memperkirakan, rentetan gempa moderat antara 6 skala Richter (SR) dan 7 SR sejak beberapa tahun terakhir di dekat pusat gempa berskala lebih dari 8 SR itu memberikan efek mengurangi energi yang menekan di segmen itu.
Tsunami
Meski episentrum gempa berada di Zona Penunjaman, menurut Fauzi, tidak ada dislokasi permukaan dasar laut yang berarti hingga menimbulkan tsunami yang relatif besar. Beberapa jam setelah gempa berskala 7,2 SR itu, gempa susulannya hanya berkisar 5 SR.
Menurut laporan yang diterima Danny, gempa di perairan selatan Pulau Pagai Selatan ini menimbulkan tsunami hingga 3 meter di Pulau Pagai. Namun, tsunami di pesisir barat Sumatera, terutama di sekitar Padang, semakin rendah. Hal ini disebabkan gelombang pasang itu terhalang oleh Pulau Pagai-Sipora.
Data ketinggian tsunami tersebut berbeda dengan pasang surut yang terekam pada Stasiun Pasang Surut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) di Padang dan Tanah Bala atau Nias Selatan. Kenaikan pasang surut yang terpantau di stasiun tersebut hanya 0,5 meter.
Sejarah tsunami Padang
Penelitian di pesisir barat Padang, yang dilakukan Danny Hilman dan Kerry Sieh dari California Institute of Technology Amerika Serikat, berhasil mengungkap terjadinya gempa dan tsunami di Padang.
Berdasarkan data sejarah, tsunami pernah menerjang Padang pada 10 Februari 1797 akibat gempa ber-Magnitude momen 8,4 hingga menewaskan sekitar 300 orang. Namun, dari penelitian pada kondisi terumbu karang diketahui, terjangan tsunami kedua terjadi pada 29 Januari 1833 dengan kekuatan 9,0. Tidak ada catatan berapa jumlah korban jiwa ketika itu.
Terumbu karang merupakan "perekam alam" bencana itu akibat naik-turunnya dasar pesisir pantai, akibat aktivitas tektonik, yaitu penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia.
Pelepasan energi yang menimbulkan gempa besar akan diikuti proses penghimpunan kembali energi di tepi lempeng itu. Tekanan antarlempeng terus-menerus berlangsung. Maka dari itu, gempa akan terjadi lagi sampai batuan di daerah itu tak mampu menahan tekanan.
Setelah terjadi kenaikan permukaan, dalam hitungan ratusan tahun, bagian yang terangkat itu akan berangsur turun lagi sebagai akibat penekanan tadi. Jika permukaan dasar laut turun hingga merendam seluruh koral karena proses geologis dan tektonis itu, maka bagian atas koral tumbuh lagi. Turun-naiknya permukaan ini mengakibatkan bentuk mikroatol ini bagai topi khas Meksiko, sombrero.
Pola inilah yang dijadikan dasar untuk memprediksi periode kegempaan. Mereka memperkirakan, gempa besar diperkirakan bakal terjadi lagi pada 2033, pascagempa tahun 1833.
Pada tahun 1833, terjadi gempa berskala 8,9 SR hingga mengakibatkan Pagai Selatan mengalami pengangkatan 2 hingga 3 meter. Adapun gempa 2007 hanya mengakibatkan kenaikan paling tinggi 0,5 meter daratan Pulau Pagai Selatan.
Berdasarkan data global positioning system (GPS) yang terpasang di Pulau Pagai Selatan, menurut Danny, diketahui, bagian timur pulau itu mengalami kenaikan 30 sentimeter, sedangkan bagian barat naik 0,5 meter. Adapun Sipora mengalami kenaikan beberapa puluh sentimeter.
Mekanisme naiknya pulau-pulau di pesisir Padang dan turunnya kawasan pantai Bengkulu, Jambi, hingga Padang itu merupakan kejadian yang berulang setiap 200 tahunan, setiap terjadinya gempa besar.
Gempa itu sesungguhnya merupakan fenomena yang menunjukkan terjadinya proses pelentingan tepi lempeng Benua Eurasia yang tertekan oleh subduksi Lempeng Samudra Indo Australia. Kecepatan desakan lempeng itu sekitar 60 mm per tahun. Jadi, kita tetap harus waspada pada datangnya gempa.

Kejadian Aneh-Aneh Sebelum Gempa & Tsunami Mentawai

Oktober 26, 2010 thephenomena
Gempa dan Tsunami Mentawai yang terjadi sesungguhnya telah ditampakkan oleh Allah swt sebelum kejadian yang mematikan itu terjadi. Sebuah perulangan demi perulanngan yang membawa sebuah pelajaran terdahulu, sebagai Kejadian Aneh – Aneh Menjelang Bencana Besar maka kini hal itu terjadi lagi.
JAKARTA, KOMPAS.com
             Program manajer lembaga non-pemerintah Australia, Surfaid, untuk Kepulauan Mentawai, Tom Plummer, membenarkan bahwa kapal mereka hilang setelah gempa melanda kawasan Kepulauan Mentawai dan sekitarnya. “(Kapal) itu dekat dengan pusat gempa. Kami benar-benar khawatir,” katanya, seperti diberitakan Sydney Morning Herald, Selasa (26/10/2010).
“Kami mendengar kabar bahwa ada warga setempat yang mengalami luka dan hilang setelah laporan tsunami menyerang sejumlah daerah,” katanya. Pendiri organisasi SurfAid, Dave Jenkins, mengatakan bahwa ada tsunami di sekitar wilayah barat di kepulauan itu. “Ada juga laporan yang belum bisa dikonfirmasi mengenai orang-orang yang terbawa air dan hilang,” katanya lagi sembari menambahkan bahwa tsunami terjadi di sejumlah wilayah, termasuk di Teluk Makaroni, 240 kilometer sebelah barat Bengkulu dan 280 kilometer arah selatan Padang. Ini merupakan kawasan yang sangat populer untuk berselancar dan wisata bawah laut bagi para turis mancanegara.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika melaporkan, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) kemudian disusul gempa dengan kekuatan 6,1 SR dan 6,2 SR pada lima dan delapan jam dari gempa pertama di wilayah yang sama. Pusat kedalaman gempa sekitar 20,6 kilometer di bawah laut. Gempa ini membuat Pusat Pengawasan Tsunami Pasifik yang berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan peringatan tsunami dan memberikan tata cara penyelamatan meski beberapa saat kemudian dibatalkan.
Indonesia dikenal berada dalam lingkaran yang disebut Ring of Fire yang merupakan pertemuan dari patahan kontinental serta mengakibatkan aktivitas vulkanik dan seismik. Ju

[kasma1] Diduga Gempa Mentawai Mencapai 9 Skala Richter

Ade Kusmayadi
Wed, 30 Mar 2005 17:39:10 -0800

Title: Message
Diduga Gempa Mentawai Mencapai 9 Skala Richter
Republika, Kamis, 31 Maret 2005
Gempa di Mentawai kemungkinan besar akan disertai gelombang tsunami yang dahsyat. Setelah Aceh dan Nias, di mana petaka gempa berikutnya? Pertanyaan itu bagai menghantui ribuan warga di pesisir barat Sumatra. Namun, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) punya jawabnya.
Danny Hilman Natawijaya, peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, yakin kepulauan Mentawai merupakan sasaran gempa dahsyat berikutnya. Alasannya, kata Danny, di wilayah tersebut sudah lama tidak terjadi gempa, sehingga diyakini telah terjadi penumpukkan energi yang sangat besar pada zona subduksi.
Sumber gempa di kepulauan Mentawai sendiri, kata Danny, terbagi menjadi dua. Yakni di bawah dasar laut pulau Siberut dan Sipora-Pagai. Di pulau Siberut, gempa terakhir terjadi pada 1650, sementara di Sipora-Pagai pada 1833. ''Artinya, penumpukkan energi di situ sudah sangat matang, dan tinggal menunggu waktu pelepasan energi'' terang dia, Rabu (30/3).
Danny mengaku tidak dapat memprediksi kapan gempa di kepulauan Mentawai terjadi. Namun, kata dia, dua gempa besar di Aceh dan Nias kemungkinan besar mempercepat terpicunya gempa di Mentawai. Ini lantaran ketiga zona tersebut berada dalam satu sambungan kerak bumi. ''Setiap tahunnya lempeng di Mentawai bergerak ke arah Sumatra sejauh lima centimeter. Akibat gempa di Nias, kemungkinan lempeng ini bergeser lebih jauh ke Sumatra, sehingga menekan zona tumbukan di bawahnya,'' tutur dia. ''Seperti per raksasa, lempeng ini siap untuk melesat kembali,''.
Danny mengimbau penduduk di kepulauan Mentawai serta pemerintah setempat bersiaga penuh. Ini lantaran gempa di Mentawai kemungkinan besar akan disertai gelombang tsunami yang dahsyat. ''Gempa bisa mencapai 9 skala Ritcher, seperti di Aceh. Gelombang tsunami, sangat mungkin terjadi,''.
Prediksi serupa dituturkan LIPI melalui rilis yang dikirimkan ke 17 media massa nasional Rabu (30/3). LIPI menyatakan, hingga saat ini zona tumbukan di kepulauan Mentawai merupakan satu-satunya sumber gempa di kawasan barat Sumatra yang sudah matang, dan belum melepaskan energinya sepanjang abad ini.
Potensi gempa di barat Sumatra, menurut LIPI, kemungkinan besar meningkat dengan adanya proses pergeseran kulit Bumi oleh gempa di Aceh dan Nias. Setiap gempa besar, kata LIPI, memang akan memberi tekanan tambahan pada sumber gempa bumi di sekitarnya. ''Terbukti, gempa dahsyat di Aceh menjadi pemicu gempa besar di Nias tiga bulan kemudian,''.
Berdasarkan pemantauan LIPI, telah terjadi pergerakan kulit Bumi sejauh beberapa centimeter di daerah Kepulauan Mentawai dan pesisir Padang akibat gempa Aceh 26 Desember 2004 silam. Meski belum ada pengukuran mendetail, gempa Nias Senin lalu (28/3) diprediksikan telah memberi tekanan tambahan terhadap sumber gempa di selatannya, yakni di kepulauan Mentawai.
Sejarah menunjukkan, sumber gempa di bawah dasar laut Mentawai telah memicu gempa dan tsunami dahsyat pada 1650 dan 1833. Jika kedua sumber gempa bawah laut ini bergerak sekaligus, kata LIPI, maka gempa yang dihasilkan dapat mencapai magnitudo sembilan skala Richter. ''Gempa dibawah laut ini berpotensi untuk menghasilkan tsunami besar seperti yang pernah terjadi pada 1797 dan 1833,'' ujar LIPI dalam siaran persnya.
Namun, Danny berpendapat gempa Mentawai berpotensi menerbitkan gelombang tsunami yang lebih raksasa dibanding gempa 1797, 1833, bahkan gempa Aceh. Dengan skala 8,2 Richter saja, kata Danny, gempa tahun 1797 memicu gelombang tsunami setinggi 10 meter di Padang, Sumbar. ''Di Mentawai, skala gempa yang mungkin terjadi adalah 9 skala Ritcher,'' ia mengingatkan.
Kapankah Terjadi ?
Tak satu pun alat mampu memprediksi secara akurat kapan gempa terjadi, termasuk gempa di Mentawai. Di Indonesia, kemungkinan itu semakin musykil lantaran tidak tersedianya perangkat memadai untuk, paling tidak, membuat earthquake short time prediction.
Sebetulnya saat ini sudah terpancang sebanyak 18 stasiun GPS di kawasan barat Sumatra milik LIPI dan California Technology of Science. Hanya saja, kata Danny, perangkat ini lebih ditujukan sebagai instrumen penelitian. ''Bukan jaringan early warning system yang dapat melacak gempa secara real time,'' tuturnya. Kemampuan alat ini mengkoleksi data terhitung lamban.
Sejauh ini, hanya segelintir negara yang memiliki sistem peringatan dini representatif, yakni AS, Jepang, dan Cina. Sistem ini dapat membaca pergerakan kulit Bumi secara real time, sehingga prediksi gempa jangka pendek dapat dilakukan. Tak hanya GPS, sistem ini juga meliputi seismograf, deformation metal, accelerograf, pencatat pasang surut, dan sebagainya.
Sistem ini, terbukti sempat menyelamatkan Cina pada gempa dahsyat tahun 1977, meski Cina juga sempat kebobolan dua tahun kemudian. ''Paling tidak, prediksi gempa jangka pendek bisa diamati,''. Menurut Danny diperlukan dana sebesar 13 juta dolar AS untuk membangun early warning system seperti di AS, Jepang, atau Cina. Soal sistem peringatan dini, Danny mengaku sudah bertemu Wapres Yusuf Kalla awal Januari silam bersama koleganya Prof Kerry Sieh dari California Technology of Science.
''Tapi tak ada kelanjutannya hingga kini,'' keluh Danny. ''Padahal pihak Amerika Serikat sudah siap membantu lima juta dolar AS, asalkan sisanya dari kita,''. Memang, menurutnya, diperlukan dana tak sedikit untuk mengurusi soal gempa. Untuk mengambil data-data dari sebuah stasiun GPS saja, kata dia, diperlukan dana sedikitnya 10 ribu dolar AS. ''Sejauh ini yang mendanai Caltech dari AS,'' tuturnya.

5. Tsunami

Salah satu implikasi gempa akbar adalah timbulnya tsunami yang sangat merusak. Ini terjadi karena lokasi gempa akbar senantiasa berada di laut, yakni pada zona subduksi yang secara kasat mata nampak sebagai jalur palung laut.Tsunami dihasilkan oleh pengangkatan dasar laut, yang menyebabkan kolom air laut di atasnya bergolak hebat dan kemudian berusaha mencapai keseimbangannya dengan cara menjalar horizontal sebagai tsunami. Energi tsunami sangat bergantung kepada luasnya segmen dasar laut yang terangkat dan besarnya pengangkatan.
Tsunami Aceh 2004 :
Gempa akbar Sumatra-Andaman 2004 memproduksi tsunami yang berenergi 5 megaton TNT dengan tinggi maksimum 35 meter di Lhoknga. Meski diproduksi di tepian Samudera Hindia, tsunami dirasakan pula di tepian Samudera Pasifik dan
Antartika. Sementara gempa akbar Tohoku 2011 memproduksi tsunami berenergi 550 kiloton TNT dengan tinggi maksimum 10 meter di Sendai. Tsunami ini dirasakan di seluruh pesisir Pasifik.
Tsunami Jepang 2011
Apa yang membuat tinggi tsunami produk gempa akbar Sumatra-Andaman 2004 lebih besar adalah kompleksnya sumber pembentuknya. Tsunami tidak hanya diproduksi oleh sumber gempa namun juga dipengaruhi pematahan pada cabang patahan (splays fault) dan longsoran besar di dasar laut. Patahan besar Andaman barat (yang berada di sebelah utara Simeulue) turut terpatahkan dan diikuti longsoran besar, sehingga terjadi penguatan gelombang yang membuat ketinggian tsunami yang menerjang Lhoknga melonjak hebat menjadi 35 meter.

Gempa Jepang 2011

4. Deformasi Kerak Bumi

Deformasi kerakbumi merupakan implikasi langsung dari gempa bumi tektonik, karena gempa bumi jenis ini sebenarnya disebabkan oleh terpatahkannya luasan segmen kerakbumi tertentu yang kemudian bergerak melenting menempuh jarak tertentu pula. Besarnya magnitude momen dalam sebuah peristiwa gempa akbar disebabkan oleh luasnya segmen kerak bumi yang terpatahkan diikuti dengan besarnya jarak lentingannya. Implikasi dari pergerakan ini luar biasa, karena terasakan oleh segenap penjuru permukaan Bumi sehingga menghasilkan sejumlah perubahan berskala global meski secara kuantitas sangat kecil.
Gempa akbar Sumatra-Andaman 2004 dihasilkan oleh pematahan kerak bumi seluas 1.600 x 100 km persegi yang kemudian melenting ke arah barat sejauh (rata-rata) 20 meter. Karena pematahannya bersifat naik miring (oblique thrust) maka gerak lentingan ini diikuti dengan terangkatnya dasar laut (uplift) di atasnya hingga sebesar 5 meter. Proses ini secara pelan-pelan berdampak pula bagi kerak bumi di seluruh penjuru dunia, yang rata-rata bergeser 2 cm kecuali di dekat sumber gempa. Di ujung utara Pulau Sumatra (yang berdekatan dengan sumber gempa) terjadi pergeseran mendatar sebesar 5-6 meter ke barat dan ambles (subsidence) 1 meter. Posisi kutub utara pun bergeser 6 cm dari semula menuju ke garis bujur 145 BT. Pergeseran-pergeseran ini ditambah besarnya energi gempa menyebabkan periode rotasi Bumi diperpendek 2,7 mikrodetik.
Sementara gempa akbar Tohoku 2011 juga dihasilkan oleh pematahan kerak bumi namun dengan luas 500 x 150 km persegi yang melenting ke arah timur sejauh (rata-rata) 18 meter serta menghasilkan pengangkatan dasar laut sebesar 4 meter. Konsekuensinya daratan pulau Honshu pun tergeser 2,5 meter ke arah timur dan terjadi pengamblesan sebesar 0,5 meter. Karena lokasi gempa akbarnya lebih berdekatan dengan kutub utara, konsekuensinya terjadi pergeseran kutub lebih besar, yakni mencapai 25 cm. Rotasi bumi pun diperpendek 1,8 mikrodetik dari semula.

No comments:

Post a Comment